1. Latar Belakang Awal
Daerah Ogan Komering Ilir (OKI), yang terbentang di delta sungai Musi, sejak dahulu rawan akan kebakaran hutan gambut dan pemukiman. Pada masa Hindia Belanda, catatan administrasi Hindia Belanda menunjukkan beberapa insiden kebakaran besar di wilayah yang kini menjadi Kabupaten OKI. Tanggung jawab memadamkan api masih ditangani pasukan kebakaran milik pemerintah kolonial, yang stasiunnya berpusat di Palembang. Warga lokal hanya berperan sebagai tenaga bantuan seadanya, tanpa struktur atau pelatihan formal.
2. Masa Awal Kemerdekaan
Setelah Proklamasi 1945 dan pengakuan kedaulatan RI, struktur pemerintahan daerah dibentuk ulang. Pada akhir 1940-an, Pemerintah Daerah Ogan Komering Ilir memprakarsai pendirian pos pemadam kebakaran pertama di Kayuagung. Pos ini berfungsi sebagai titik koordinasi darurat dengan armada truk tua peninggalan Belanda dan beberapa unit pompa sederhana. Meskipun peralatan minim, dibentuknya pos ini menandai kesungguhan pemerintah daerah dalam menanggulangi kebakaran, sekaligus mendorong pembentukan regulasi daerah tentang kewajiban memiliki alat pemadam api ringan (APAR) di bangunan publik.
3. Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Pada dekade 1950–1960, Damkar OKI mulai merekrut petugas tetap. Awalnya hanya 10 orang dengan status pegawai negeri setempat, lalu bertambah seiring kebutuhan. Rekrutmen menitikberatkan pada kekuatan fisik dan semangat pengabdian; pelatihan formal terkait teknik pemadaman api masih dilakukan di Palembang dan Jakarta. Tahun 1965, dengan dukungan dana dari APBD pertama, Pemerintah Kabupaten membiayai pelatihan petugas di Sekolah Tinggi Teknis Kebakaran Nasional. Sejak saat itu, Damkar OKI memiliki standar pelatihan internal yang rutin diperbarui.
4. Perkembangan Armada dan Peralatan
Di era 1970–1980, Damkar OKI mendapatkan hibah truk pemadam Mitsubishi dari Kepolisian Republik Indonesia dan sejumlah pompa portable. Armada berganti secara bertahap: truk tangki 3.000 liter, unit tanker off-road, hingga kendaraan rescue. Alat bantu canggih—seperti hydrant jaringan kota—mulai dipasang di pusat kota Kayuagung. Sementara di pedalaman, petugas menggunakan motor pompa ringan bermesin bensin untuk merangsek wilayah hutan gambut. Peralatan pelindung modern (APD) seperti masker pernapasan, helm ber-visor, dan mantel tahan panas baru tersedia di akhir 1980-an.
5. Regulasi dan Kebijakan Daerah
Guna menunjang kinerja, Pemkab OKI mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1992 tentang Penanggulangan Kebakaran. Pada intinya, setiap bangunan institusi, sekolah, dan pabrik wajib memasang APAR, jalur evakuasi, serta hydrant internal. Denda administratif diberlakukan bagi pelanggaran. Kebijakan ini memacu kesadaran pengelola gedung dan masyarakat terhadap pencegahan kebakaran. Tahun 2001, Perda tersebut direvisi menambahkan sanksi pidana ringan bagi penanggung jawab gedung yang lalai memelihara piranti proteksi.
6. Modernisasi dan Teknologi
Memasuki era 2000-an, Damkar OKI memanfaatkan teknologi komunikasi terkini. Pusat panggilan darurat “113” diresmikan tahun 2003, terintegrasi dengan sistem Computer Aided Dispatch (CAD). Dengan sistem ini, permintaan bantuan diterima via telepon atau SMS, otomatis teralokasi ke pos terdekat. Tahun 2010, aplikasi mobile Damkar OKI diluncurkan untuk memantau status kebakaran dan posisi armada secara real-time. Mesin pemindai termal (thermal imaging camera) dan drone pengintai juga mulai digunakan untuk mendeteksi titik panas di area terpencil.
7. Program Pencegahan dan Edukasi
Sejak 2005, Damkar OKI gencar menjalankan program “Siaga Api Desa” di 18 kecamatan. Dalam program ini, petugas turun langsung ke desa, mengajarkan warga menanggulangi kebakaran lahan gambut dengan teknik penggulungan sumbatan, pembuatan sekat bakar, serta pelatihan penggunaan APAR. Di sekolah-sekolah, simulasi evakuasi dan lomba cerdas cermat kebakaran rutin digelar. Dampaknya signifikan: kasus kebakaran lahan menurun hingga 30% dalam kurun 2005–2015.
8. Episode Kebakaran Besar
Pada 2007, kebakaran besar melanda kawasan industri Kayuagung, memakan korban dua jiwa dan merusak puluhan pabrik. Insiden ini memunculkan sorotan publik terhadap kesiapan Damkar OKI. Hasil evaluasi mendorong penambahan 3 pos baru dan pembaruan armada. Selang beberapa tahun kemudian, pada 2014, kebakaran hebat di kawasan pasar induk Kramasan berhasil dipadamkan dalam 45 menit—catatan tercepat hingga saat itu—berkat respons cepat dan kolaborasi dengan PMI serta TNI.
9. Penataan Kelembagaan dan Sumber Daya
Tahun 2012, Damkar OKI berstatus Dinas Pemadam Kebakaran yang mandiri—tidak lagi sebagai bagian Bappeda atau Satpol PP. Dengan perubahan struktur ini, penganggaran langsung di DPRD dan benchmarking nasional menjadi lebih mudah. Kepala Dinas dilantik dengan kompetensi manajemen kebakaran resmi, sedangkan staf teknis mengikuti sertifikasi internasional. Sumber daya manusia dibuat lebih profesional dengan program studi teknik kebakaran di Politeknik Negeri Sriwijaya.
10. Kolaborasi Lintas Sektor
Damkar OKI aktif berjejaring dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kepolisian, TNI, PMI, dan organisasi relawan seperti Tagana. Latihan gabungan tahunan memperkuat koordinasi di lapangan. Pada 2018, simulasi gempa dan kebakaran massal digelar melibatkan 500 personel, mempraktikkan prosedur search-and-rescue (SAR) dan triase medis. Kerja sama ini membuat Damkar OKI terpilih sebagai contoh daerah tangguh di Sumsel.
11. Keterlibatan Teknologi Hijau
Menanggapi isu lingkungan, sejak 2016 Damkar OKI menerapkan eco-firefighting: menggunakan busa ramah lingkungan dan pompa listrik bertenaga surya untuk lokasi terpencil. Kendaraan hybrid juga diuji coba untuk mengurangi emisi. Selain itu, limbah pemadam (air bekas campuran busa) kini dikelola lewat tangki netralisasi agar tidak mencemari saluran irigasi.
12. Unit Spesialis dan Rescue
Seiring tumbuhnya kompleksitas tugas, tahun 2019 dibentuk unit HAZMAT (Hazardous Materials) untuk menangani zat kimia berbahaya, serta unit High-Angle Rescue untuk penyelamatan di gedung tinggi dan tebing sungai. Personel unit ini mendapatkan pelatihan khusus dari lembaga nasional dan internasional, memastikan standar operasional prosedur (SOP) selaras dengan rekomendasi UN.
13. Pelayanan 24 Jam dan Sistem SIMDAMKAR
Damkar OKI kini melayani 24/7 dengan sistem SIMDAMKAR (Sistem Informasi Manajemen Damkar) terintegrasi. Petugas siaga bergantian dalam shift, didukung hotline darurat dan GPS tracking armada. Data statistik kebakaran dikumpulkan dan dianalisis bulanan untuk perencanaan penempatan pos serta prioritas edukasi wilayah rawan.
14. Peran Masyarakat dan Relawan
Kesadaran masyarakat terhadap bahaya kebakaran meningkat berkat pelibatan aktif relawan siaga kebakaran desa. Ribuan warga terlatih menjadi “Brigade Siaga Api” yang mendukung petugas resmi dalam deteksi dini. Platform media sosial Damkar OKI juga dimanfaatkan untuk kampanye “Cek APAR Anda!” dan berbagi tips pencegahan kebakaran rumah tangga.
15. Prestasi dan Penghargaan
Keberhasilan Damkar OKI mereduksi kasus kebakaran lahan, meningkatkan rasio pemadaman cepat, dan menerapkan inovasi eco-firefighting membawa deretan penghargaan:
-
Penghargaan Polda Sumsel (2015) atas koordinasi tanggap bencana.
-
Anugerah Lingkungan Hidup Provinsi (2018) untuk program busa ramah lingkungan.
-
Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (2020) dari KemenPAN-RB.
16. Tantangan dan Peluang ke Depan
Walau berprestasi, Damkar OKI menghadapi tantangan: pemadaman kebakaran lahan gambut yang semakin sulit akibat perubahan iklim, dan kebutuhan armada pemadam udara (heli-bucket). Peluang muncul lewat digitalisasi—pemanfaatan AI untuk deteksi titik panas satelit—serta peningkatan kerjasama ASEAN dalam penanggulangan kebakaran lintas batas.
17. Visi Misi dan Komitmen
Visi Damkar OKI adalah menjadi garda terdepan keselamatan publik di Sumatera Selatan, sementara misinya mencakup:
-
Memberikan layanan cepat, tepat, dan profesional
-
Meningkatkan kemampuan petugas melalui riset dan inovasi
-
Membangun budaya keselamatan berbasis partisipasi masyarakat
18. Kesimpulan
Perjalanan Damkar Ogan Komering Ilir dari pos sederhana era kemerdekaan hingga menjadi dinas modern yang menggabungkan teknologi canggih dan gerakan masyarakat mencerminkan semangat pengabdian dan inovasi. Ke depan, dengan dukungan pemerintah daerah dan partisipasi aktif warga, Damkar OKI siap menghadapi tantangan baru, menjaga keselamatan jiwa dan lingkungan, serta terus menegakkan amanah melindungi Kabupaten Ogan Komering Ilir dari ancaman kebakaran.